Libur sekolah telah tiba! Akhirnya, besok adalah hari yang sudah
dinanti-nanti oleh anak sekolah termasuk Aku, telah datang.
Senang sekali rasanya membayangkan hari-hariku kedepannya
akan terbebas dari tugas sekolah. Tidur lebih malam tanpa worry
akan bangun siang, bahkan ga akan kedinginan lagi karna harus
mandi saat matahari baru saja muncul. “Wah, bayanginnya aja
udah seneng, apalagi ngejalaninnya” ucapku sambil melangkah
untuk pulang sekolah.
Tapi, angan-angan hanyalah angan-angan. Liburan kali ini tidak
sesuai yang aku harapkan. Saat matahari sudah di atas kepala
yang seharusnya menyebarkan panas teriknya ke bumi kini
malah bersembunyi di balik awan hitam, hingga meneteskan air
yang sangat deras. Aku yang baru saja selesai mandi dan bersiap
untuk pergipun mengurungkan niatku itu. Ini bukan sekali atau
dua kali hal seperti ini terjadi, tapi sudah berkali-kali hampir satu
pekan Aku tidak jadi pergi!
Sampai Aku kesal dibuatnya. Dan Aku tak berniat untuk pergi
main keluar lagi karena cuaca yang enggan mendukungku untuk
bepergian. Hari-hariku habiskan dengan beberes rumah, bermain
gawai, menonton animasi dan membaca webtoon sampai lupa
waktu. Hingga sisa liburan tinggal hitungan jari saja, tapi Aku
belum sempat pergi healing. Jenuh rasanya cuman berdiam diri
di rumah dan melakukan hal itu itu saja seperti bukan hari libur.
Hingga saat sang surya akan menenggelamkan dirinya
bersamaan dengan setiap tetes sampo yang membasahi rambut
kepalaku yang teramat panjang ini. “Panjang banget ini rambut,
pegel Aku nyucinya!” batinku dengan kesal. “Apa aku potong
aja ya?” monologku sambil membilas rambut. Seusai mandi,
Aku langsung mencari style haircut yang ku mau dan bertekad
pergi ke salon esok siang. “Malam ini Aku harus berdoa pada
Tuhan dengan sungguh sungguh agar besok tidak turun hujan!”
ucapku dalam hati.
Tuhan pun berkehendak lain. Begitu ku membuka mata di atas
ranjang tidur, yang kulihat hanyalah cahaya dari lampu tidur dan
suara gemuruh air hujan yang begitu deras. Terlihat jelas dibalik
gorden jendela bahwa langit dipenuhi dengan awan hitam hingga
terlihat masih petang padahal jarum jam sudah menunjukan
pukul 7 dini hari. Rasanya kacau sekali suasana hatiku, pagi pagi
begini sudah turun hujan, bagaimana dengan nanti siang?
Hatiku resah, pikiran ku bimbang, menanti-nanti tunggu-
menunggu kapan hujan yang lebat ini akan mereda. “Gimana ini
ko hujannya ga reda-reda? Apa aku gajadi pergi aja ya? Apa
pergi sore aja? Apa sekalian malem? Apa nanti aku trobos aja
hujannya? Masa iya perginya besok lagi? Akh pusing, nyebelin
banget padahal mau keluar sebentar buat potong rambut doang
sesusah ini.” Pikiranku kacau hingga bingung apa harus Aku
lakukan.
Dan akhirnya ku putuskan untuk tetap pergi ke salon siang hari,
tidak peduli akan hujan, akan ku terabas hujan badai itu demi
potong rambut. Tapi, syukurnya saat Aku akan beranjak keluar
untuk naik motor, hujan pun berhenti. Matahari mulai
memperlihatkan sinarnya yang begitu terang hingga
menyilaukan mataku. Dengan hati yang riang gembira, wajah
penuh senyum Aku pun melajukan motorku untuk pergi ke salon.
Sesampainya di salon, Aku langsung merebahkan diri untuk
membilas rambut. “Ah, rasanya enak sekali kramas sambil
dipijat begini.” Batinku sembari memejamkan mata. Lalu lanjut
potong rambut. Jujur saja, sebenarnya Aku merasa sangat sedih,
galau merana sekali harus memotong rambut yang sudah
kubesarkan seperti malika yang Aku rawat dengan sepenuh hati.
Saat rambutku ini dipotong rasanya seakan-akan mengiris
hatiku, setiap helai yang jatuh membawa luka yang tak terlihat.
Tapi harus tetap bahagia dan tersenyum, bagaikan matahari yang
memeluk bumi dengan sinarnya.
Akhirnya, selesai juga potong rambutnya. Begitu melihat hasil
potongannya, rasa sedihku pun seketika sirna bak kabut pagi
yang disapu angin, yang perlahan hilang tanpa meninggalkan
jejak. “Wow bagus banget, ga nyesel Aku potong rambut.”
Monologku sambil ber-selfie di depan cermin. Setelah puas
berfoto dan membayar, Aku pun lansung keluar berniat untuk
pulang ke rumah.
Saat berangkat untuk pulang, langit masih terlihat cerah, matahri
masih terlihat di atas kepala. Begitu sudah setengah berjalanan
pulang, tiba tiba langit menjadi gelap gulita, seakan hujan bisa
kapan saja jatuh. Untungnya, setelah Aku sampai di rumah,
hujan baru turun. “Alhamdullilah, Aku hujannya baru turun, Aku
jadi ga kehujanan di jalan.” Batinku sambil mengelus dada
begitu melihat hujan turun dengan sangat lebat.