Sinar mentari telah menampakkan mukanya dari arah timur diiringi suara kokokan ayam yang menandakan bahwa hari telah berganti. Burung-burung berkicau di pepohonan yang tinggi dan rindang di sebuah desa yang sangat jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta yang sangat padat. Pagi ini adalah hari pertama untuk Wira datang ke desa Sambung Rasa, desa yang sejuk dengan pemandangan kebun teh yang sangat hijau dan luas tentunya dapat membuat mata siapapun terpana akan keindahan dan keasrian desa ini.
Pagi ini seluruh warga kampung Sambung Rasa sudah bangun awal-awal untuk melaksanakan sebuah kegiatan kerja bakti yang sudah ada sejak dulu sekali dan tetap dilakukan hingga sekarang yang tentunya menjadi salah satu kearifan lokal Desa Sambung Rasa.
“Wira, ayo bantu warga kampung di sini untuk ikut kerja bakti membersihkan desa”, ucap Nenek Gayatri yang merupakan nenek dari wira.
“ Iya Nek, aku ikut”. Wira pun pergi untuk ikut melaksanakan kegiatan tersebut. Wira dan para warga Desa Sambung Rasa pun akhirnya turut ikut dalam kegiatan kerja bakti pagi ini.
Di sisi lain, tampak semua anak laki-laki membantu bapak-bapak bekerja bakti. Namun, ada anak laki-laki yang tidak ikut bekerja bakti dan hanya duduk saja dengan acuh tak peduli pada keadaan sekitarnya. Dia merasa kegiatan kerja bakti ini tidak mendapatkan apa-apa dan hanya membuat tubuh nya lelah dan berkeringat sehingga dia hanya duduk saja dengan tangannya yang sedang memegang handphonenya.
“ Budi, ayo ikut kerja bakti dengan bapak-bapak yang lain, jangan main hp saja”, ucap Bapak Budi yang marah melihat perlakuan anak nya yang tidak ingin ikut kerja bakti.
“ Tidak Pak, Budi males ikut kerja bakti. Tidak dapat apa-apa hanya dapat capeknya saja”, bantah Budi pada bapaknya tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun, matanya hanya fokus dengan benda pipih yang sering disebut setan gepeng itu.
“Budi, kamu sudah berani melawan Bapak ya! Sekarang hp kamu bapak sita, kalau kamu masih seperti ini siap-siap hpmu Bapak jual”, lontar Bapak Budi seraya mengambil paksa hp Budi dari genggamannya
“Eh Bapak, hp Budi kok diambil?, tanya Budi dengan wajah kesalnya pada bapaknya.
“Bapak akan kembalikan hp kamu tapi kamu ikut kerja bakti dulu sana” , sambil meninggalkan Budi agar ikut kerja bakti.
……
Sekarang para warga sedang beristirahat setelah melakukan kerja bakti seharia. Mereka beristirahat di temani dengan pisang goreng, ubi rebus, kerupuk, nasi dan lauk pauk serta kopi yang masih hangat untuk mereka santap bersamasama dengan warga desa. Suasana kekeluargaan sangat terasa waktu itu. ……..
Warga desa Sambung Rasa sekarang kembali melanjutkan kegiatan mereka untuk kerja bakti membersihkan desa, terlihat beberapa tempat sudah bersih , rapi dan asri karena kerja bakti yang mereka lakukan. Namun Budi tetap saja tidak ingin membantu warga desa untuk kerja bakti, Wira yang melihat itu menghampiri Budi yang hanya diam dan acuh dengan sekitarnya.
“Hai, kenapa kamu tidak mau kerja bakti?”, tanya Wira pada Budi yang hanya di pandang sekilas oleh Budi tanpa memperdulikan Wira, ketika ingin pergi Wira menghentikan langkahnya.
“Buat apa si kerja bakti, tidak ada untungnya hanya capek saja. Mending main hp sambil tiduran di kamar”, ucap Budi yang menjawab pertanyaan dari Wira. Wira yang mendengar ucapan yang keluar dari mulut Budi pun sontak merasa kesal dengan Budi namun Wira harus menahannya.
“Kamu tidak boleh begitu, kerja bakti itu merupakan salah satu keraifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan”
“ Tahu apa si kamu anak kota yang hanya mampir ke sini buat menjengguk nenek nya saja, udahlah kerja bakti itu tidak berguna mending kamu balik ke kota saja. Lagian kamu juga gak tahu faedahnya juga jadi tidak usah sok tau” bantah Budi yang menyuruh Wira untuk segera pergi agar tidak menganggunya.
“Tentu aku tahu, Kerja bakti itu bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kerjasama dan kepedulian terhadap lingkungan tanpa mengharapkan suatu imbalan dari orang lain serta cara belajar akan keikhlasan dan kesederhanaan. Dalam pepatah jawa juga menyebutkan hal yang sama seperti pepatah sepi ing pamrih rame ing gawe yang mengajarkan kita tentang keikhlasan, gotong royong, dan semangat kerja bersama tanpa mengharapkan imbalan yang artinya ikhlas dari dalam hati kita.” , Jelas Wira pada Budi .
“Nah, sekarang kamu ngerti kan apa manfaat dari kerja bakti itu. Apa susahnya kamu tidak main hp satu hari saja kamu juga tidak akan mati tanpa hp” , tambah Bapak Budi yang tak sengaja mendengar percakapan Wira dan Budi tadi.
“ Tapi kenapa harus kerja bakti membersihkan desa? Apa tidak ada yang lain gitu?” , bantah Budi sekali lagi.
“Karena kalau kita membersihkan desa bersama-sama akan menjalin hubungan yang bagus antar warga dan tetangga kita.” , jelas Wira pada Budi.
“Aduh aku beneran tertanpar kata-kata anak kota seperti kamu, iya deh mulai sekarang kalau ada kerja bakti lagi aku akan ikut dengan sunguh-sungguh dan ikhlas”
Akhirnya Budi tersadar, bahwa acara yang ia anggap tak penting dan hanya membuatnya lelah itu mengandung unsur kearifan lokal seperti kerja keras dan kesederhanaan. Acara kerja bakti pun di lanjutkan, hingga akhirnya lingkungan Desa Sambung Rasa bersih dan asri yang tentunya dapat warga desa merasa nyaman dengan lingkungannya. Selain itu Budi menjadi tahu bahwa ada pepatah Jawa yang ada kaitan erat dengan kearifan lokal yang sampai sekarang masih terus berlanjut.
Batang, 29 Oktober 2024
